AMBONKITA.COM,- Satu lagi Aparatur Sipil Negara (ASN) di Lingkup Pemerintah Provinsi (Pemprov) Maluku, yang berhasil meraih gelar Doktor. Dia adalah Herfien Samalehu, ASN pada Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Pemprov Maluku.
Herfien berhasil meraih gelar Doktor di bidang Geologi Ekonomi pada Universitas Gadjah Mada (UGM). Gelar itu diterima dalam acara wisuda yang dipimpin langsung Rektor Prof Panut Mulyono melalui virtual pada Rabu (26/1/2022).
Dr. Herfien Samalehu, ST, M.Eng, memperoleh gelarnya setelah melalui ujian Promosi Doktor di UGM pada 8 Oktober 2021 lalu. Ia kemudian dinyatakan lulus dan berhasil meraih Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,95.
Pria kelahiran Ambon, Maluku, pada 18 Mei 1981 silam ini merupakan ASN pertama di Dinas ESDM Maluku yang meraih gelar Doktor.
Sebelumnya, Herfien mengambil program S1 jurusan Geologi di Universitas Hasanuddin. Ia berhasil lulus pada tahun 2005. Kemudian melanjutkan S2 Pengelolaan Sumber Daya Air (MPSA) di UGM dan lulus tahun 2013. Selanjutnya S3 yang dinyatakan tuntas hari ini.
Usai mengikuti wisuda, Herfien menyampaikan terima kasih kepada Pemprov Maluku yang telah memberikan dukungan anggaran melalui beasiswa bagi ASN yang akan melanjutkan Pendidikan.
“Saya bersyukur dengan perhatian Pemerintah Provinsi Maluku, hari ini saya telah meraih gelar Doktor. Ini berarti sumber daya aparatur di lingkup Pemerintah Provinsi Maluku semakin berkualitas,” ungkapnya.
Herfien kini memiliki keinginan untuk mengembangkan sektor pertambangan, khususnya mineral logam mulia (emas) dan nikel sebagai komoditas uggulan di Maluku untuk peningkatan PAD.
Pria 40 tahun ini yang pernah meraih penghargaan Juara 1 Teknisi Eksplorasi Mineral, Pusdiklat Geologi – Kementerian ESDM, Bandung 2010 lalu itu, juga berkeinginan mendorong adanya eksplorasi Migas pada beberapa cekungan di Maluku yang belum dieksplorasi.
Tak hanya itu, Herfien pun berencana mendorong pembentukan Geopark (Taman bumi) Banda dan Seram di Maluku secara maksimal sebagai wisata inovasi unggulan yang diakui secara regional maupun international (UNESCO Global geopark). Juga ingin mendorong pengembangan sektor energi terbarukan (energi angin, arus laut dan geothermal) sebagai energi masa depan.
Untuk diketahui, Herfien dalam Disertasinya mengangkat judul “Geologi, Karateristik dan Mineralisasi Hidrotermal, Batuan Metamorf Kompleks Tehoru dan Taunusa di Pulau Seram-Indonesia” suatu studi yang bertujuan untuk mengkaji kontrol geologi mineralisasi hidrotermal, karateristik fluida hidrotermal serta model genetic endapan cinnabar dan emas di Iha – Luhu dan Tamilouw – Haya.
Dalam isi disertasinya, peraih predikat “Cum Laude” S1 dan S2 ini, menjelaskan penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengkaji kontrol geologi mineralisasi hidrotermal, karakteristik mineralisasi bijih, geokimia dan alterasi hidrotermal, karakteristik fluida hidrotermal serta model genetik endapan cinnabar dan emas di Iha – Luhu dan Tamilouw – Haya”.
“Saya memulai penelitian dengan kegiatan investigasi di lapangan (fieldwork) untuk pengambilan sampel, pemetaan geologi, alterasi dan mineralisasi serta dilanjutkan dengan analisis laboratorium yang meliputi petrografi, sayatan poles, geokimia bijih, geokimia batuan, kimia mineral dan elemental mapping, analisis jenis lempung serta inklusi fluida,” jelas Ketua Pengurus Daerah (Pengda) Ikatan Ahli Geologi Indonesia 2020 – 2023 ini.
Dalam penelitiannya, Herfien mengaku menemukan mineralisasi di Bukit tembaga Iha – Luhu, terdiri dari cinnabar (±metacinnabar), arsenopirit, stibnit, sfalerit, hematit, minor pirit±pirhotit dengan gangue terdiri dari kuarsa, illit, smektit dan kaolinit. Ia juga mengaku bahwa bijih cinnabar mengandung kelimpahan Zn, Sb, Fe, As, menunjukan kehadiran logam mulia (Au) serta kandungan merkuri (Hg) sangat tinggi mencapai 72,4%. Dari Analisis inklusi fluida menunjukan bahwa pembentukan cinnabar di Bukit Tembaga antara 261-336o C dengan salinitas berkisar 0,70-4,65 wt.% NaCl.eq. Disisi lain, endapan Tamilouw – Haya dicirikan dengan 3 jenis urat kuarsa/kuarsa±karbonat sebagai pembawa bijih (Ore – bearing fluids) yang sejajar dan memotong perlapisan batuan metamorf.
Berdasarkan karakteristik alterasi, mineralisasi serta fluida hidrotermal, Herfien kemudian menggolongkan endapan cinnabar dan emas di Iha – luhu dan Tamilouw – Haya sebagai endapan epigenetik pada zona epizonal – mesozonal selama orogenesa Seram (3,4 – 16 Juta tahun yang lalu).
“Dari hasil penelitian yang telah saya lakukan, ini sebagai tonggak awal penemuan emas dalam batuan metamorf di pulau Seram yang nantinya perlu dikembangkan dengan penelitian berkelanjutan yang lebih detail. Saya berharap dengan penelitian ini kedepan dapat menjadi investasi masa depan yang nantinya dapat meningkatkan pendapatan Asli Daerah di Maluku,” tandas Herfien.
Editor: Husen Toisuta
Discussion about this post