AMBONKITA.COM,- Widya Pratiwi Murad, Ketua Dekranasda Maluku, berkomitmen membuka ruang untuk berkolaborasi dengan anak-anak muda termasuk para mahasiswa.
Hal itu disampaikan Widya saat membuka kegiatan Creative Talk show di lantai IV Aula Fakultas MIPA Universitas Pattimura (Unpatti), Kota Ambon, Sabtu, (23/4/2022).
Kegiatan yang dirangkai dengan Maluku Festival Ramadan (Mafera) itu, mengambil tema “Mengoptimalkan Kreativitas Inovasi dan Networking di Era Digital”.
Selain Ketua Dekranasda Maluku, talk show yang dipandu Putri Anjani Hatuina ini juga menghadirkan Kepala Bapenda Maluku, Djalaludin salampessy, Rektor Unpatti Ambon M. J. Saptenno, Founder/CEO/IndoEast Network M. Ikhsan Tualeka, NZMATES Programme – Mercy Crops Indonesia, Dintani Naimah dan CEO Pigi Pasar Febe Binnedyk, sebagai pembicara.
Pada kesempatan itu, Widya berbagi tips kepada para mahasiswa dalam menghadapi tantangan dan perubahan di era industri sekarang.
Pandemi covid-19, sambung dia, telah memaksa semua orang termasuk mahasiswa untuk memaksimalkan teknologi digital dalam menjalankan berbagai aktivitas. Mulai dari bekerja dari rumah (work from home), sekolah/kuliah dari rumah sampai meningkatnya aktivitas jual-beli online.
“Mudah-mudahan ilmu yang disampaikan oleh narasumber, adik-adik fokus mendengarkan dan lakukan. Serap baik-baik. Fokus mendengarkan. Kalian berpikir ke depan, kira-kira apa yang bisa dijadikan untuk usaha,” pinta istri Gubernur Maluku ini.
Menurutnya, para pemuda dibutuhkan di semua bidang, bukan hanya di era digital namun di pemerintahan, kesehatan, usaha dan sektor – sektor lainnya. Sebab, kreatifitas pemuda akan menjadi kunci dalam menjadi bagian pembangunan bangsa dan negara. Lewat kreatifitas, akan ada inovasi – inovasi yang nantinya akan menjadi solusi bagi permasalahan yang ada di masyarakat.
“Tidak usah muluk-muluk. Menjadi pebisnis itu tidak perlu modal besar. Itu semua adalah hal-hal yang sebenarnya bisa, semua tergantung dari diri kita. Komitmen itu yang penting,” tutur Widya.
Ia menjelaskan, sebagai mahasiswa, mereka sebaiknya beradaptasi dengan cepat dalam merespon perubahan dan tantangan. Jika bergerak lambat, bisa kehilangan peluang dalam menunjukan karya. Selain itu, kemampuan berempati antar sesama tidak bisa digantikan dengan teknologi apapun. Mahasiswa bisa melatih empati dengan banyak berdiskusi dengan orang – orang baru yang memiliki latar belakang berbeda dengan, lalu membangun relasi.
“Anak-anak sekarang peluangnya lebih besar ketimbang zaman kami di era dulu. Kalian masih muda, masih punya potensi, gali kemampuan diri kalian. Andai kalau satu dua orang tidak mampu untuk usaha, boleh berkelompok. Tapi harus sama-sama berkomitmen,” jelas Widya.
Baca:Â Peletakan Batu Pertama Gedung Bina Mualaf Maluku, Ini Harapan Ketua MT Nur Asiah
Di akhir arahannya, Widya menekankan, bila setiap hari inovasi dan perubahan akan terus datang. Mahasiswa pun dituntut untuk cepat beradaptasi. Tidak boleh berhenti belajar, sekalipun sudah tidak lagi berstatus mahasiswa nantinya. Sebab, belajar merupakan proses yang akan terus dilalui selama mereka hidup. Jangan malu dan gengsi untuk belajar tentang teknologi terkini dari orang–orang sekitar bahkan yang lebih junior. Mereka bisa mempelajari dan bertanya tentang menggunakan aplikasi yang lagi ramai dipakai di era sekarang, untuk lebih memahami potensi pasar milenial dan apa yang sedang disukai.
“Itu adalah motivasi ibu. Jadi tolong komitmen. Kalian harus bisa dan bisa. Jangan kecil hati dengan kondisi dan keadaan orang tua kita yang sederhana. Berusahalah, peluang sekarang banyak. Bisa ambil teritorial di YouTube,” pungkasnya.
Editor: Husen Toisuta
Discussion about this post