AMBONKITA.COM,- Seekor bangkai mamalia laut yaitu paus jenis sperma atau dengan nama latinnya physeter macrocephalus, ditemukan terdampar di muara sungai namatimur, pesisir pantai Bula, Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT).
Paus sperma yang mati tersebut memiliki panjang 9,40 meter dan lebar 1,97 meter. Hewan laut bergigi terbesar di dunia itu diduga mati pada tiga hari yang lalu setelah ditemukan oleh masyarakat pada Rabu (1/3/2022) lalu.
“Awalnya kami mendapat laporan dari masyarakat melalui wilayah kerja kami di Bula pada 1 Maret 2022,” kata Mubarak, Kepala Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) Ambon kepada wartawan di ruang kerjanya, Kota Ambon, Jumat (4/3/2022).
Setelah mendapat laporan dari Yochni Anwar Idrus, pengawas PSDKP Ambon wilayah kerja Bula, Mubarak langsung memerintahkan personil untuk menuju lokasi penemuan.
“Saya perintahkan personil di sana untuk berkoordinasi dengan masyarakat agar bersama-sama menangani paus yang terdampar tersebut. Sehingga besoknya tanggal 2 Maret anggota saya bersama masyarakat menuju lokasi,” jelasnya.
Tim PSDKP Ambon Wilayah Kerja Bula berangkat ke lokasi menggunakan sebuah longboat milik masyarakat.
“Tiba di sana kemudian menemukan paus tersebut sedang terdampar. Setelah diukur panjangnya 9,40 meter dan lebar 1,97 meter,” ujarnya.
Saat ditemukan, mulut hewan laut yang juga disebut sebagai paus kepala kotak ini sudah hancur. Pada bagian sirip, juga diduga telah dipotong oleh warga setempat.
“Mulutnya sudah hancur, siripnya juga ada dipotong oleh masyarakat. Entah mau digunakan untuk apa dan dalam keadaan busuk. Kemungkinan sudah meninggal 3 hari,” sebutnya.
Mengingat besarnya ikan tersebut, penanganannya juga dilakukan seadanya. Paus itu tidak dapat dikuburkan, karena tidak terdapat akses masuk alat berat.
“Awalnya saya minta bisa nggak penanganannya dikuburkan, namun hasilnya agak susah, mau coba ditarik ke lokasi yang bisa mendatangkan alat berat juga kesusahan. Akhirnya diputuskan untuk kita menariknya lebih jauh lagi dari pemukiman masyarakat sekitar kurang lebih 8 km,” jelasnya.
Setelah merasa aman dari pencemaran udara bagi permukiman masyarakat di sana, paus tersebut kemudian sedikit ditarik ke tepian, selanjutnya diikat menggunakan tali nilon agar tidak terbawa ombak.
“Kita mengikatnya dengan tali dan nantinya akan terurai sendirinya,” pungkasnya.
Editor: Husen Toisuta
Discussion about this post