Categories: AmbonkuHeadlineOpini

Hari Anak : Menjadi Anak Bangsa di Kampung Oleh : Maryo Lawalatta, Pendeta GPM

Share

“Membangun negeri itu membangun sumber daya bukan menghancurkan sumber daya alam, membangun pendidikan, membangun sekolah. Bukan bangun tidur, bukan bangun politik, bukan bangun dinasti, bukan bangun mall, bukan bangun supermarket …..” ungkap Eko Saputera Poceratu dalam bentuk puisi yang ia rilis hari ini bertepatan dengan hari anak nasional.

Kata-kata ini memiliki pesan yang dalam dan kuat bahkan menguak banyak misteri carut marut pendidikan di daerah pulau-pulau ini. Jika seluruh kata-kata Eko dipakai sebagai “kaca mata” untuk melihat pendidikan maluku maka tentu kita tentu akan bersembunyi dibalik kaca mata itu sendiri. Sebab kita turut menjadi bagian dan ikut bertanggung jawab dalam investasi masa depan bagi generasi bangsa kita.

Negara menjamin hak dasar bangsanya, salah satunya adalah untuk mendapatkan pendidikan. Tetapi jaminan tersebut belum banyak terimplementasi dalam penyelenggaraan pendidikan di desa-desa. Banyak anak-anak bangsa belum dapat mengakses pendidikan dengan baik sebagai hak dasarnya. Kita masih melihat kekurangan tenaga guru di sekolah-sekolah, fasilitas belajar seperti meja kursipun ada yang tidak seimbang dengan jumlah siswa, ada bangunan-bangunan sekolah yang masih jauh dari kelayakan dan rasa nyaman, bahkan ketika banyak sekolah-sekolah di pusat-pusat provinsi, kota/kabupaten atau kecamatan sudah memanfaatkan kemajuan teknologi dalam proses belajar mengajar justru sekolah-sekolah di desa-desa masih bercibaku dengan cara-cara klasik yang tak urung berkembang bertahun-tahun.

Belum lagi tatkala pemerintah mengharuskan metode belajar secara “daring” sebagai dampak dari Pandemi Virus Corona atau Covid-19, justru sekolah-sekolah di desa-desa kesulitan mendesain dan menyesuaikan dengan metode demikian. Jikalau desa-desa itu semisal telah dapat mengakses internet justru para orang tua diperhadapkan dengan fasilitas pendukung semisal hp android, laptop ataupun ekonomi keluarga untuk sekedar mengisi pulsa data untuk dapat mengakses metode belajar daring tersebut.

Beta bersyukur di beberapa tempat ada inovasi-inovasi metode pembelajaran semisal para guru mengunjungi anak-anak per kelompok dari rumah ke rumah untuk sekedar memastikan anak-anak dapat mengakses pendidikan sebagai hak dasar mereka (mungkin ada banyak cerita yang lain). Usaha itu sesungguhnya termakna sebuab panggilan untuk turut mencerdaskan anak-anak bangsa. Salut untuk mereka.

Pada sisi yang lain mungkin ungkapan eko benar, “mereka-mereka” lebih banyak mencitrakan diri dengan membangun bangunan, dinasti kekuasaan, politik, dan lain-lain. Bahkan nyaris pencitraan ini dibangun berfokus di kota sebagai barometer dan (mungkin) nanti ke desa-desa. Miris memang dengan agenda nasional Presiden Joko Widodo yang merindukan membangun mulai dari desa-desa.

Di hari anak nasional ini sesungguhnya semua anak merindukan pemenuhan terhadap hak dasar itu secara merata. Paling tidak mereka dapat mengakses pendidikan yang setara dengan teman-temannya di kota-kota itu. Paling tidak mereka bisa belajar bahasa inggris, mendapatkan mata pelajaran dari guru-guru yang memiliki kompetensi ilmu tersebut, dapat mengakses metode belajar yang sesuai dengan kemajuan teknologi, maupun menikmati iklim atau culture belajar mengajar yang nyaman dan menginspirasi mereka dan seterusnya.

Anak-anak di kampung belajar seadanya, sekalipun pada desa-desa tertentu beta melihat dan mendengar upaya dari berbagai pihak untuk terus bersinergi mendorong berjalannya pendidikan dengan baik. Bersyukurlah jika demikian sebab memberi perhatian pada masa depan daerah dan sumber daya manusia sesungguhnya dapat dimulai dengan memberi perhatian plus pada dunia pendidikan tentunya dengan akses dana yang juga harus signifikan. Apalagi pemanfaatan dana desa belum menaruh presentasi cukup pada dunia pendidikan atau peningkatan sumber daya manusia.

Mari kita mencintai anak-anak. Memberi rasa cinta dam hormat pada mereka termasuk menyediakan akses pendidikan sebagai hak dasar manusia sesungguhnya adalah panggilan sebagai bangsa dan sebuah ibadah yang sejati yang membawa pada investasi masa depan yang cerah. Beta percaya dari kampung-kampung atau desa-desa itu ada banyak anak yang akan menjadi orang-orang hebat pada saatnya.

Selamat merayakan hari anak sebagai bangsa dan menjadi anak bangsa dari kampung.

Recent Posts

Ketua AMKEI Ajak Warga Kei Bantu Jaga Kamtibmas

AMBONKITA.COM,- Ketua DPW Angkatan Muda Kei (AMKEI) Provinsi Maluku, Efendi Notanubun, mengajak seluruh masyarakat Kei…

05/02/2024

Buruh Gelar Syukuran dan Dialog, Peringatan May Day di Maluku Aman dan Damai

AMBONKITA.COM,- Tidak seperti di daerah lainnya yang melakukan aksi unjuk rasa, peringatan hari buruh internasional…

05/01/2024

Kandidat Wali Kota Ambon Jantje Wenno Resmi Daftar di PDIP

AMBONKITA.COM,- Jantje Wenno, bakal calon Wali Kota Ambon, melalui utusannya resmi mendaftar di DPC PDIP…

04/30/2024

Trafik Data dan Jumlah Pelanggan Indosat di Maluku Meningkat

AMBONKITA.COM,- Indosat mencatat terjadi peningkatan trafik data yang signifikan sebesar 27,1% pada kuartal pertama tahun…

04/30/2024

Kepemimpinan Murad – Orno Dinilai DPRD Maluku “Gagal”

AMBONKITA.COM,- DPRD Provinsi Maluku menilai duet kepemimpinan Gubernur Murad Ismail dan Wakil Gubernur Barnabas Orno…

04/30/2024

Penjabat Gubernur Maluku Temui Kapolda

AMBONKITA.COM,- Penjabat Gubernur Provinsi Maluku, Sadali Ie, melakukan kunjungan silaturahmi ke Kepala Kepolisian Daerah Maluku…

04/30/2024