Namun menurut Ellen kendala utama bagi pelatihan yang ia program ini adalah fasilitas seperti mesin jahit atau mesin pembuat roti yang terbatas.
‘’ Terbatas memang tapi kami jalan saja sebab kondisinya memang begini,’’ sebut Ellen.
Meski terbatas, penulis melihat para penghuni LAPAS ini sabar menanti giliran, membiarkan kawannya menyelesaikan karyanya.
Salah satu penghuni sebut saja Acy, seorang warga binaan yang masuk karena kasus perbankan, mengungkap saat masih di luar LAPAS, jangankan belajar merajut, menyentuh benang wol bahan untuk merajut saja tidak pernah.
‘’Baru belajar merajut di sini, padahal dulu tidak bisa sama sekali,’’ kata Acy, sambil menunjukkan hasil karyanya seperti dompet koin hingga tas selempang yang cantik.
Beberapa penghuni juga menjelaskan menemukan bakatnya saat menjadi warga binaan. Bahkan seorang Faradiba yang dihukum 30 tahun karena membobol bank BNI puluhan miliar bisa menjuarai lomba menari nasional antar Rutan dan  LAPAS se-Indonesia karena mendekam di LAPAS Perempuan ini, meski hanya secara virtual.
“ Nih Faradiba bawain tarian Tanimbar dapat juara,’’ kata Ellen sambil menunjukkan Youtube tarian, yang diikuti perwakilan dari 400an  RUTAN dan LAPAS se-Indonesia.
Jadi menurut Ellen, saat menghuni LAPAS ini banyak penghuni ternyata mampu mengaktualisasi dirinya menyalurkan hobi atau bakat yang mereka punya.
Karena itu buku-buku yang didonasi ini juga membantu dalam proses para warga binaan ini.
‘’Mereka banyak yang suka menulis, puisi, dan cerpen jadi butuh banyak membaca untuk referensi,’’ kata Ellen.
Menariknya Ellen berniat mengumpulkan karya sastra warga binaan ini untuk membuat buku kompilasi tulisan warga binaan.
Kunjungan kami berakhir di sini, setelah ada kesepakatan untuk membantu mengkurasi tulisan para penghuni dan menerbitkannya. (*)
Penulis : Insany Syahbarwaty
Discussion about this post