AMBONKITA.COM,- Wakil Gubernur Maluku, Barnabas Natanhiel Orno, membuka seminar nasional terkait pengusulan Prof. DR. Gerrit Agustinus Siwabessy sebagai Pahlawan Nasional. Seminar digelar di aula lantai II Gedung Rektorat Unpatti Ambon, Kamis, (23/2/2023).
Pembukaan seminar ditandai dengan pemukulan tifa oleh Wagub Orno, Wakil Rektor Unpatti Ambon Bidang Akademik Fredy Leiwakabessy, Kadis Sosial Maluku, dan putera kedua Prof. DR. G. A. Siwabessy, Bara Lasjkar Siwabessy.
“Ini merupakan sebagian dari andil beliau kepada negara. Bisakah Prof. G. A. Siwabessy menjadi pahlawan nasional? Sebenarnya tidak ada lagi kata-kata yang kita harus bilang tidak. Memang layak kok! Layak! Jadi saya kira kita semua sepakat. Saya atas nama pemerintah provinsi Maluku dan juga masyarakat Maluku menyatakan dengan resmi bahwa Siwabessy tidak ada alasan untuk tidak dikukuhkan, tidak disahkan sebagai seorang pahlawan nasional,” ungkap Orno.
Orno mengaku Siwabessy yang merupakan seorang dokter radiologi memiliki andil dan jasa dalam beberapa momen penting untuk bangsa. Diantaranya pernah diserahi tugas oleh pemerintah untuk mengembangkan teknologi nuklir di Indonesia. Di tahun 1954, Siwabessy juga pernah ditunjuk pemerintah sebagai Ketua Panitia Penyelidikan Radioaktivitas dan Tenaga Atom, serta bertugas menyelidiki dampak ledakan bom hidrogen Amerika di Pasific.
“Siwabessy telah memenuhi seluruh syarat, semua unsurnya. Akademisi, seorang pejuang, juga budayawan,” katanya.
Menurutnya, Siwabessy pun pernah meletakkan fondasi pembangunan kesehatan nasional melalui stabilisasi sosial politik dan sosial ekonomi serta mengusahakan manusia Indonesia yang sehat jasmani dan rohani. Ia juga turut terlibat dalam organisasi kepemudaan (Jong Ambon) dalam memproklamirkan kemerdekaan Indonesia.
“Kemudian beliau dari sisi akademisi. Layak dong. Diantara kehormatan Maluku waktu itu juga ada di Siwabessy. Menandakan bahwa orang Maluku tidak kekurangan SDM bahkan dipercayakan dalam jabatan-jabatan penting kala itu,” ujar Orno.
BACA JUGA:Â Sosialiasasi FOLU Net Sink 2030 di Maluku, Gubernur: Pencemaran Lingkungan Dipikirkan Bersama
“Mungkin saja waktu itu peraturan internasional bahwa minimal delapan provinsi baru bisa satu negara. Menurut saya kira-kira begitu. Kalau tidak ada Jong Ambon kan tidak bisa. Belum tentu Indonesia adalah Indonesia. Dan saya percaya salah satu kontribusi nyata itu adalah Siwabessy,” tutupnya.
Wakil Menteri Hukum dan HAM, Edward Omar Sharif Hiariej, dalam keterangannya secara virtual menerangkan, sejarah perjalanan bangsa dan negara Indonesia menunjukkan, untuk mendirikan NKRI diperlukan perjuangan panjang. NKRI tidak dapat berdiri sendiri menjadi negara yang merdeka, berdaulat dan terhormat seperti saat ini tanpa perjuangan para pahlawan yang telah mengorbankan jiwa raga dan pikiran.
“Pengusulan Siwabessy ini bisa terwujud karena dukungan sangat besar dari masyarakat Maluku yang ada di Jakarta, Maluku bahkan di luar negeri. Dukungan dari beberapa tokoh Maluku di lembaga tinggi negara seperti di DPR RI, DPD RI dan lainnya,” jelasnya.
Ia berharap, seminar ini dapat menghasilkan kontribusi signifikan untuk pembuatan proposal Pahlawan Nasional serta dapat merekomendasikan Siwabessy sebagai calon Pahlawan Nasional yang berlaga di kancah nasional.
“Akhirnya, terimalah persembahan dari Maluku untuk Indonesia,” singkat Guru Besar Ilmu Hukum Pidana Universitas Gajah Mada, Yogyakarta itu.
Sementara itu, Wakil Rektor Unpatti Ambon Bidang Akademik, Fredy Leiwakabessy, mengatakan, Siwabessy merupakan seorang intelektual yang multidisiplin. Unpatti Ambon sebagai salah satu perguruan tinggi negeri di Maluku, memberikan penghargaan dan penghormatan kepada Siwabessy karena memiliki intelektual namun tetap didasari dengan kejujuran dan integritas.
“Semua ilmu bisa dikuasai oleh Siwabessy. Saya pikir nilai-nilai ini yang bisa memaknai kita mengawali diskusi untuk memperjuangkan Siwabessy sebagai pahlawan nasional. Dan kami sebagai lembaga pendidikan tinggi di Maluku mendukung pelaksanaan seminar ini untuk memberi label pahlawan nasional kepada Siwabessy,” tandasnya.
Editor: Husen Toisuta
Discussion about this post