AMBONKITA.COM,- Sekretaris Daerah Maluku, Sadali Ie, meminta seluruh pimpinan OPD, agar dapat mendukung program yang dilakukan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Dukungan diberikan untuk pendampingan hilirisasi produk, pengawasan obat dan makanan yang bertujuan untuk melindungi masyarakat, khususnya anak-anak sebagai generasi penerus di Maluku.
Permintaan dukungan serupa juga disampaikan Sadali kepada para peneliti dan akademisi, pelaku usaha dan UMKM serta seluruh pemangku kepentingan di Provinsi Maluku. Ia meminta untuk bersinergi dan berkolaborasi mendukung program BPOM tersebut.
Hal itu disampaikan Sekda dalam sambutannya pada kegiatan “Membangun Kejayaan Baru Jalur Rempah Indonesia” yang digelar BPOM RI di Kota Ambon, Maluku, Jumat (10/2/2023).
Sebagai provinsi kepulauan, Sadali mengaku Maluku memiliki potensi kekayaan alam yang melimpah. Antara lain kelautan dan perikanan, perkebunan, pertanian, pertambangan dan pariwisata.
Potensi tersebut, kata Sadali, merupakan tumpuan pemerintah daerah yang diharapkan dapat memacu pertumbuhan ekonomi, menurunkan angka kemiskinan dan menyerap tenaga kerja di wilayah Maluku.
“Kegiatan terpadu yang dilaksanakan hari ini antara pemerintah, akademisi, pelaku usaha dan UMKM, hilirisasi produk diharapkan dapat menghasilkan obat tradisional dan pangan berbasis kearifan lokal,” harapnya.
BACA JUGA:Â Pedagang Keluhkan Maraknya Pencopet di Pasar Mardika, Polda Maluku Siap Bangun Pos PAM
Kepala BPOM RI, Penny Lukito, dalam sambutannya membuka kegiatan tersebut mengatakan, sebagai wujud keberpihakan terhadap UMK di wilayah Maluku, BPOM bersama Pemerintah Provinsi Maluku bersinergi melalui kegiatan “Membangun Kejayaan Baru Jalur Rempah Indonesia”.
Kegiatan ini, kata dia, merupakan hasil koordinasi dan tindaklanjut kerjasama antara BPOM, Komunitas Empu, dan Yayasan Benih Baik dalam peningkatan keamanan dan mutu produk jamu.
Di samping itu, juga dukungan dari asosiasi industri seperti Gabungan Produsen Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) dan industri pangan olahan yang berkomitmen sebagai Orang Tua Angkat (OTA) bagi UMK Pangan Olahan di Maluku.
Ia mengatakan, Provinsi Maluku merupakan penghasil rempah-rempah terbesar di Indonesia yang telah dikenal mancanegara sejak lama. Selain itu, di wilayah Maluku juga banyak ditumbuhi tanaman khas daerah Indonesia Timur.
“Usaha Mikro Kecil (UMK) di Provinsi Maluku pun telah bertumbuh dengan banyak memproduksi pangan olahan dan obat tradisional dengan bahan baku lokal yang khas,” jelas Penny.
Menurutnya, rangkaian kegiatan yang dilakukan dalam momen ini mencakup Focus Group Discussion (FGD) Sinergisme dalam Pengembangan Potensi Kekayaan Rempah di Wilayah Timur untuk Pangan Olahan dan Obat Bahan Alam Indonesia, pendampingan kepada 50 (lima puluh) pelaku usaha jamu gendong, pendampingan kepada 20 (dua puluh) UMK pangan olahan, khususnya olahan rempah dan sagu, Desk Regulatory Assistance dalam rangka Pelayanan Prima Percepatan Perizinan, dukungan ekspor dan hilirisasi hasil riset/inovasi, serta pameran produk pangan dan obat tradisional produksi UMK di Provinsi Maluku.
Penny mengungkapkan, peningkatan permintaan maupun minat masyarakat terhadap jamu serta pangan olahan berbahan rempah dan sagu, harus dikawal. Pengawalan dilakukan dengan memastikan pelaku usaha memenuhi persyaratan keamanan, manfaat/khasiat/gizi, dan mutu produk.
“Kegiatan ini dilaksanakan sebagai bentuk nyata komitmen BPOM untuk membangun kembali kejayaan rempah Indonesia di Maluku dan mendorong inovasi olahannya,” jelasnya.
Dalam mendukung pengembangan UMK, BPOM, lanjut dia, telah menggulirkan berbagai program pendampingan, asistensi, serta kemudahan registrasi, baik berupa keringanan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dan bantuan pengujian, maupun fasilitasi hilirisasi riset/inovasi pangan olahan dan jamu.
Discussion about this post