AMBONKITA.COM,- Konflik tapal batas lahan Negeri Kariuw-Pelauw yang pecah pada Rabu (26/1/2022) lalu, sempat digiring oknum tak bertanggung jawab ke isu SARA melalui media sosial.
Beruntung, isu hoax (tidak benar) itu berhasil ditepis warganet. Warga di dunia maya ini rame-rame keluar melakukan klarifikasi. Mereka menyerang akun-akun penyebar berita hoax, dan menyebar pesan damai.
Atas kejadian itu, Wali Kota Ambon, Richard Louhenapessy, memberikan apresiasi kepada para citizen di Maluku.
Richard menilai peran citizen dalam melawan isu hoax sentimen agama ini patut diacungi jempol. Ia mengakui warga Kota Ambon khususnya dan Maluku umumnya sudah memiliki kesadaran tinggi tentang arti perdamaian.
Wilayah Maluku sendiri pernah dilanda konflik sosial berbau SARA (suku, agama, ras dan antar golongan) pada 23 tahun silam, sejak 1999.
Konflik yang terjadi hingga tahun 2004 lalu, telah melululantahkan sendi-sendi kehidupan di tanah para Raja-raja tersebut.
“Terima kasih kepada masyarakat Maluku, terlebih khusus kepada para netizen yang bijak dalam bermedia sosial, sehingga mampu melawan hoax, provokasi, dan propaganda,” kata Richard di ruang kerjanya, Jumat (28/1/2022).
Richard mengaku para netizen keluar tanpa paksaan, perintah, dan pencitraan, secara spontan menyebarkan pesan damai melalui media sosial. Tujuan mereka satu yaitu Maluku aman dan damai.
“Apa yang dilakukan netizen Maluku di media sosial, dengan menyebar pesan damai dan melawan isu hoax, mulai saat konflik Kariuw-Ori (Negeri Pelauw), hingga pasca konflik, dilakukan sendiri tanpa ada paksaan. Makanya perlu diapresiasi,” jelasnya.
Mantan Ketua DPRD Maluku ini melihat, sejak konflik hingga saat ini, postingan para citizen terpantau berisi tentang perdamaian.
“Ini membuktikan bahwa masyarakat Maluku tidak mudah terprovokasi, dengan informasi hoax yang dapat memecah belah kerukunan antar umat beragama,” tambahnya.
Dirinya mengatakan, tanpa peran masyarakat dan netizen Maluku, maka upaya apapun yang dilakukan pemerintah akan sangat sia-sia.
“Sekali lagi, selaku Wali kota Ambon, saya menyampaikan terima kasih banyak,” ungkapnya.
Richard mengaku jujur, bahwa konflik Kariuw-Pelauw menimbulkan dampak yang luar biasa, bukan saja mereka yang terlibat konflik, tetapi juga bagi seluruh masyarakat Maluku.
“Dalam semangat orang basudara di Maluku, konflik ini menimbulkan dampak luar biasa, padahal kita tahu, bahwa damai itu sangat mahal dan indah dalam kehidupan kita ke depan,” sebutnya.
Olehnya itu, Wali kota dua periode yang akan mengakhiri pengabdiannya di Kota Ambon pada Mei 2022 mendatang ini, mengimbau seluruh masyarakat Kota Ambon, baik yang berasal dari daerah konflik, maupun dari wilayah lainnya agar tetap menjaga semangat persaudaraan.
“Kita satukan tekad jadikan Ambon kota yang aman, tentram, dan damai, untuk masa depan anak cucu kita. Saya minta semuanya tidak mudah terpancing isu yang provokatif. Masyarakat harus memberikan kepercayaan penuh kepada aparat keamanan, untuk mengatasi masalahnya,” pungkasnya.
Penulis: Husen Toisuta
Discussion about this post