Menurut Dr. Semmy Touwe, M.Pd, ketua Prodi Pendidikan Sejarah FKIP Unpatti, dari hasil risetnya dia menemukan beragam motif atau symbol yang disebut toune dalam Bahasa lokal yang menunjukkan makna tertentu dari setiap bentuk dan symbol yang ada di busana Maluku dalam hal ini busana Maluku Tengah.
‘’Toune ini tidak sembarang digunakan, yang ada di trotoar jalan-jalan atau yang di berbagai sudut kota itu salah penggambaran motifnya, jadi tak ada makna yang sakral lagi di sana,’’ tegas Touwe.
Bagi Touwe, pelukisan ulang motif di atas kain atau bahan apapun semestinya tetap mengikuti symbol yang sudah diwariskan turun temurun, karena memiliki nilai dan arti yang sakral.
‘’Jangan sembarangan mengubah motif tersebut, sebab setiap toune memiliki makna dan nilai sakralnya sendiri-sendiri,’’ paparnya.
Discussion about this post