AMBONKITA.COM,- Jika banyak anak muda memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia dengan cara biasa maka M. Yusuf Sangadji, anak muda yang tergabung dalam Aliansi Masyarakat Pesisir (AMP) Maluku ini memilih cara yang tidak biasa, dia sukses berenang selama dua jam menempuh jarak sekitar tiga kilometer dari Pantai Desa Waai menuju Pulau Pombo di Maluku Tengah, Senin (16/8/2021).
Aksi berenang menempuh arus laut yang cukup kuat ini dilakoninya bukan tanpa alasan.
Aksi berenang ini dilakukan untuk menolak pelaksanaan Lumbung Ikan Nasional (LIN) dan pembangunan Pelabuhan Ambon Baru atau Ambon New Port yang menjadi bagian dari mega proyek pemerintah dibidang perikanan.
Yusuf yang merupakan aktifis lingkungan terutama lingkungan bawah laut ini, menuturkan kepada Ambonkita,com dan terasmaluku.com, Senin (17/8/2021), saat memutuskan melakukan aksi berenang dalam memperingati Hari Kemerdekaan RI ke-76 tahun ini didasari rasa prihatinnya atas nasib nelayan dan laut Maluku yang hanya akan dieskploitasi tanpa memikirkan dampaknya.
”Rencananya katong (kami) akan berenang mulai pukul 8 pagi dengan mempertimbangkan pasang surut, tapi waktu sampai di Waai ternyata sudah ada polisi dan tentara yang mencoba melarang katong berenang dengan alasan hukum, maka pendamping hukum yang berhadapan dengan aparat, karena ditahan-tahan untuk tidak boleh berenang, tapi akhirnya jam 9 bisa berenang,” ungkap Yusuf.
Di tengah perlawanan dengan aparat untuk tetap bisa berenang, masyarakat sekitar di Dusun Batudua Desa Waai, juga menyampaikan bahwa sosialisasi tentang LIN dan Ambon New Port juga hanya baru dilakukan satu kali dan tidak jelas bagaimana nasib nelayan setempat.
Yusuf menyebutkan selama berenang kendala utamanya adalah soal arus yang cukup kuat, tapi hal ini tidak menyurutkan niatnya.
”Selama berenang yang ada di beta benak bukan takut atau karena arus kuat, tapi yang beta rasa adalah jika Ambon New Port benar-benar dibangun maka seng (tidak) akan ada lagi anak-anak Maluku yang bebas berenang dan menghabiskan masa kecilnya di laut,’’ papar Yusuf.
Yusuf mengaku tempias air laut tak mampu membendung airmata dan sesaknya dada mengingat pengalaman masa kecil yang indah dan cantiknya pantai-pantai di Maluku harus lenyap dengan Ambon New Port yang dibangun hanya untuk keuntungan investor belaka.
‘’Beta (saya) tau apa yang beta lakukan ini mungkin seng akan bisa mempengaruhi kebijakan tapi sedikit banyak semoga membuat mereka (pemerintah) terganggu bahwa katong masyarakat pesisir tidak akan menerima begitu saja jika pembangunan Ambon New Port dan LIN di Maluku tidak pro kepentingan nelayan kecil, ‘’ cetusnya.
Menurut Yusuf sepanjang perjalanan berenang itu dia juga menyaksikan nelayan-nelayan yang sedang mengail ikan dengan perahu-perahu kecil mereka. ‘’ Beta sedih sekali, bagaimana bisa nelayan-nelayan kecil ini harus berhadapan dengan nelayan besar dengan alat tangkap modern yang bisa menghabiskan stok ikan di laut yang biasa didatangi nelayan-nelayan kecil ini, ‘’ kata Yusuf.
Selama berenang, Yusuf juga ditemani warga yang ingin ikut mendampingi dengan perahu ketinting (perahu kecil) miliknya, ‘’ dukungan itu sangat luar biasa,’’ kata Yusuf.
Discussion about this post