AMBONKITA.COM,- Pelaku UMKM mengeluhkan uji mutu dari Balai Standarisasi dan Pelayanan Jasa Industri (BSPJI) Ambon. Alat yang digunakan tidak sesuai standar, sehingga sangat merugikan pelaku UMKM.
Keluhan tersebut disampaikan Heintje Tahaparij, salah satu pelaku UMKM yang bergerak di bidang usaha pengolahan atc chips rumput laut. Ia mengaku uji mutu oleh BSPJI Ambon, sangat merugikan dirinya.
“BPSJI Ambon menggunakan alat uji yang tidak tepat dan mencantumkan nomor SNI (metode uji) yang tidak terdaftar, sehingga merugikan kami sebagai pelaku UMKM dalam memperoleh hasil uji mutu yang akurat dan dapat dipercaya oleh calon pembeli kami,” ungkap Heintje kepada Ambonkita.com, Senin (4/9/2023).
Menurutnya, sejak Januari 2023, dirinya telah melakukan uji mutu di BSPJI Ambon agar produk olahan rumput laut dapat dikirim ke Surabaya, Jawa Timur.
“Jadi dari Surabaya butuh hasil uji mutu, kalau sudah cocok, maka mereka akan membeli produk olahan rumput laut kami dalam jumlah banyak. Tapi sampai saat ini hasil uji mutu selalu ditolak,” katanya.
Di Maluku, kata Heintje, hanya BSPJI Ambon yang bisa mengeluarkan hasil uji mutu. Namun, setiap dilakukan uji mutu sampel olahan usahanya tidak pernah berhasil. Artinya, hasil uji mutu selalu ditolak.
“Dalam satu bulan itu saya bisa uji sampel sebanyak 4 kali, tapi tidak jadi-jadi, artinya kualitasnya tidak memenuhi standar,” cetus Heintje.
Setelah ditelusuri, Heintje mengaku ternyata alat yang digunakan BSPJI Ambon untuk menguji kekuatan gel rumput laut tidak sesuai standarnya.
“Saya sudah ke Kantor BSPJI Ambon, dan ternyata ada alat untuk menguji gel rumput laut. Namanya Texture analyser, tapi kenapa mereka tidak menggunakan alat itu, tapi malah menggunakan alat lain. Makanya hasil uji mutu saya selalu tidak berkualitas,” kata Heintje.
Sejak Januari hingga Juli 2023, uji mutu usaha pengolahan atc chips rumput laut milik Heintje selalu tidak sesuai dengan yang diharapkan.
“Dari situ saya mulai curiga, lalu saya cek-cek di youtobe bagaimana cara menguji kekuatan gel rumput laut. Saya lalu mendownloadnya dan mengirim ke orang balai, saya tanya, mereka mengaku tidak memakai alat itu (Texture analyser) tapi alat lain. Makanya memang tidak bisa (uji produknya) karena alat inilah yang bisa menguji kekuatan gel rumput laut, sementara alat yang mereka pakai itu untuk uji kekuatan gel lain. Jadi saat saya naik, saya lihat memang alatnya ada, tapi mereka tidak menggunakannya,” kata Heintje heran.
BACA JUGA:Â Kunjungi Pasar Murah, Kapolda Maluku Beli Produk UMKM
Heintje mengaku terkait persoalan tersebut, salah satu LSM telah melakukan mediasi antara pihaknya dengan BSPJI Ambon. “Kita ketemu pak Kabalai, dan beliau bilang akan modifikasi alat yang mereka gunakan agar hasilnya sama dengan alat yang sebenarnya, namun saya bilang tidak bisa, karena alat ini memang untuk uji kekuatan gel rumput laut,” katanya.
Terpisah, Kepala BSPJI Ambon, Ransi Pasahe, yang dikonfirmasi terkait dengan persoalan itu mengaku masalah ini hanya mis komunikasi.
“Bagusnya nanti pak Heintje hadir agar bisa kami klarifikasi. Itu hari kan sudah clear (pertemuan dengan Heintje sebelumnya),” kata Ransi saat ditemui Ambonkita.com di kantor BSPJI Ambon, Selasa (5/9/2023).
Ia mengatakan, selama ini pihaknya juga melakukan penelitian rumput laut. Dan alat yang digunakan adalah Gel Strenght Tester. Hasilnya juga sama. “Jadi memang awalnya ada mis komunikasi antara pak Heintje dengan kita. Jadi karena teman-teman sudah kebiasaan menguji dengan Gel Strenght, jadi kalau ada yang masuk, menguji pakai alat itu. Nah ternyata yang dimaui pak Heintje itu menguji menggunakan alat Texture analyser,” kata dia.
Ransi juga mengakui BSPJI Ambon memiliki alat Texture analyser, sebagaimana pengakuan Heintje. Hanya saja, ada partnya yang hilang. “Spindle-nya kalau tidak salah (yang hilang),” tambahnya.
Ia mengatakan, alat texture analyser pernah digunakan. Kemudian muncul alat baru yakni Gel Strenght Tester, sehingga alat yang lama tersebut sudah tidak lagi digunakan. “Teman-teman tidak tahu taru partnya di mana, alat besarnya masih ada. Hilang saat rehab,” kata dia.
Terkait dengan permintaan Heintje, Ransi mengaku pihaknya saat ini sedang mencari part yang hilang. “Sekarang kita order partnya, kami sudah dapat penawaran. Penawarannya Rp 60 juta. Karena ada kebutuhan beliau kami usahakan untuk dapatkan alat itu, supaya ke depan pak Heintje bisa memilih di sini. Karena informasi yang kami dapatkan sekarang pak Heintje ujinya di UGM, dan saya bilang itu bukan solusi. Harusnya dari awal kita komunikasi. Ini sebenarnya mis komunikasi saja,” tambah dia.
Ia mengaku, sesuai kebutuhan rumput laut, makanya pihaknya telah memesan partnya di Surabaya. Karena tidak semua part akan digunakan.
“Mudah-mudahan tidak Rp 60 juta. Jadi mungkin dalam waktu dekatlah kita akan adakan alatnya. Jadi saya bilang pak Heintje jangan lagi uji di UGM, karena jauh, rugi biaya kirim, belum tentu harganya lebih murah dari kita. Teman-teman sudah kunjungi tempatnya, jadi tahun depan kita malah mau bantu pak Heintje untuk mengembangkan produknya,” katanya.
Editor: Husen Toisuta
Discussion about this post