AMBONKITA.COM,- Unggahan video terkait dugaan larangan warga Kristiani beribadah di gereja Betlehem Efrata, yang berada di kawasan Lanud Pattimura Ambon, viral di media sosial. Video itu dibantah pihak Lanud Pattimura Ambon.
Dalam unggahan video berdurasi 2,54 menit yang diterima AmbonKita.com, warga yang merupakan jemaat gereja Betlehem Efrata tampak melakukan aksi protes terhadap sejumlah petugas TNI AU di depan Pos Lanud Pattimura Ambon.
“Tar tau (tidak tahu) aturan ini gereja kok. Bikin orang punya iman tergoyang saja. Dari pagi saya yang masuk dilarang,” kata seorang perempuan dalam video yang diambil warga, Minggu (15/5/2022).
Warga mengaku kaget ada peraturan yang diberlakukan pihak Lanud Pattimura. Padahal, sebelumnya tidak pernah ada aturan yang melarang warga beribadah ke gereja memakai sendal jepit. Bahkan ada warga yang mengenakan sepatu pun tidak diijinkan masuk karena jarinya kelihatan.
“Kamorang (kalian) terlalu tekankan katorang, untuk masuk saja katorang harus pakai semuanya. Orang mau ke gereja saja kok dilarang. Jemaat kami sudah pulang banyak, orang tua-tua disuruh pulang. Kita tidak perlu sepatu ke gereja yang penting hati, ini kita punya iman,” teriak warga menyesalkan.
BACA JUGA:Â Kasdam XVI/Pattimura akan Dimakamkan di TMP Cikutra Bandung
Komandan Lanud Pattimura Ambon, Kolonel Pnb Andre Dhewo, yang dikonfirmasi wartawan membantah adanya larangan tersebut.
“Menanggapi kejadian tadi pagi ada insiden tepatnya di pintu masuk pos Lanud Pattimura dengan anggota. Kami menyampaikan yang pertama tidak ada pihak Lanud Pattimura melarang warga untuk beribadah di gereja-gereja yang terdapat di dalam area Lanud Pattimura,” kata Andre kepada wartawan di depan gereja Efrata.
Andre mengaku telah terjadi kesimpang siuran informasi. Dia mengaku selaku umat Kristiani, dirinya tidak mungkin melarang saudara seimannya untuk beribadah di gereja.
“Jadi tadi ada simpang siur mungkin di media sosial, saya sendiri seorang Kristiani tidak mungkin komandan seorang Kristiani melarang saudara-saudaranya Kristiani juga beribadah. Yang kedua juga tidak ada sweeping di dalam gereja, semuanya normal-normal saja,” kata dia.
Andre mengaku, selama beberapa bulan terakhir pihaknya mencoba menegakkan aturan, bagaimana seseorang memasuki suatu institusi negara/militer. Aturan tersebut adalah wajib berpakaian yang sopan dan rapi.
“Dalam hal ini mohon tidak menggunakan sendal jepit, pakaiannya rapi, tidak bercelana pendek, nah ini sudah dilakukan dua tiga bulan ke belakang,” katanya.
Andre mengakui masih terdapat beberapa warga yang mungkin merasa kaget karena saat ke gereja menggunakan sendal jepit. Tapi sebagian lainnya juga membawa sepatu sehingga mereka langsung berganti.
“Ada juga sedikit simpang siur mengkategorikan mungkin itu tadi, sendal jepit ini seperti apa, sehingga ada miss di situ kemudian ada yang memprovokasi dibilang bahwa kami tidak boleh beribadah, padahal sesungguhnya tidak,” jelasnya.
Pewira tiga melati di pundaknya itu mengaku selama ini hubungan Lanud Pattimura dengan pihak gereja Efrata sangat baik.
“Gereja Efrata tempatnya aja di samping rumah saya, jadi hubungan kami sangat baik. Jadi waktu kami datang di sini majelis juga datang ke rumah, kemarin saat Natalan kita makan bareng dan seterusnya,” ujarnya.
Andre mengajak warga jemaat gereja Efrata agar dapat berjalan seirama, serta mengikuti juga ketentuan yang berlaku, salah satunya aturan masuk di area insititusi militer.
“Prinsipnya kita semua menghormati aturan-aturan tersebut, mari saling menghormati kita akan membantu apa fasilitas yang kita punya untuk membantu juga pihak gereja melaksanakan kegiatannya,” harapnya.
Olehnya itu, Andre kembali menyampaikan terkait video yang beredar di media sosial tersebut adalah tidak benar.
“Itu ada beberapa provokator yang mungkin ingin memperkeruh suasana. Saya sampaikan ke depan kita akan berupaya komunikasi yang lebih baik lagi lebih intens lagi. Intinya adalah supaya masing-masing saling berjalan seiring dan tetap dalam koridor-koridor, aturan dan ketentuan yang berlaku,” harapnya.
Mengakhiri penyampaiannya, Andre mengaku pihaknya bisa berdialog. Sebab, ajaran Kristiani adalah cinta kasih. Sehingga tidak ada yang tak bisa diselesaikan.
“Dengan agama yang lain saja kita wajib saling menyayangi, menghargai, apalagi sesama kita sendiri. Saya yakin dengan dialog itu, dengan mengaplikasikan ajaran cinta kasih itu, semuanya akan semut dan baik,” harapnya.
Di tempat yang sama, Ketua Sinode GPM, Pdt Elifas Maspaitela, mengaku menyesali kejadian tersebut di jam kebaktian umum di Gereja Protestan Maluku (GPM) pagi tadi.
“Tetapi karena ada hal yang memang harus kita diskusikan ya berkaitan dengan kebijakan internal di Lanud Pattimura jadi kita berharap supaya, misinterpretasi ini tidak dilanjutkan. Masalahnya adalah kita terus berusaha untuk terus membingkai kehidupan umat beragama ini secara lebih baik di bangsa dan negara kita ini,” katanya.
Elifas mengaku sudah menegaskan kepada Danlanud bahwa serendah rendahnya tingkat ekonomi masyarakat Maluku terutama warga GPM, namun pihaknya tidak pernah datang ke kebaktian itu dengan sandal jepit, apa lagi di gereja.
“Tapi ada memang regulasi-regulasi yang berlaku karena itu jemaat kategorial itu ada punya spesifikasi tertentu di dalam relasi antara komando dengan gereja,” kata dia.
Pdt Elifas mengatakan, hal-hal yang menjadi bagian dari kebijakan komando (Lanud Pattimura) itu biasanya diselaraskan pula di gereja. Seperti misalnya saat pandemi covid-19, pihak Lanud sama sekali tidak melaksanakan aktivitas pelayanan di dalam lingkungan ini. Hal tersebut dilakukan karena memang sudah dibatasi untuk tidak terjadi perjumpaan orang. Sehingga semua kebijakan pelayanan berlangsung di rumah majelis gereja.
“Ini yang penting didudukan bahwa ada hal-hal yang memang mesti juga diselaraskan dengan komando yang berlaku di dalam satuan-satuan di mana terdapat jemaat kategorial,” ungkapnya.
Elifas mengaku bersyukur pasca insiden tersebut sudah ada perjumpaan terlebih dahulu antara majelis jemaat dengan Danlanud dan sudah disepakati hal-hal yang akan dilakukan ke depan. Termasuk sosialisasi terhadap kebijakan terkait orang yang berkunjung ke Lanud Pattimura.
“Karena memang gereja ini berada langsung di dalam Mako (Markas Komando) bukan di luar,” katanya.
Selain itu, dirinya juga mengaku terdapat jam-jam kebaktian atau aktivitas pelayanan GPM yang memanfaatkan gedung gereja di luar hari Minggu.
“Karena akan ada warga gereja atau pelayan gereja yang datang dan kami mohon supaya itu juga bisa dikoordinasikan sehingga tidak ada lagi hambatan-hambatan setelah ini. Itu sudah disepakati tadi,” ujarnya.
Elifas berharap ke depannya apa yang harus dijalankan bersama menjadi tanggung jawab antara pihak gereja dengan Lanud Pattimura. Sehingga ada sinkronisasi yang baik.
“Saya berharap kepada warga jemaat GPM secara khusus jemaat GPM Lanud Pattimura untuk terus membina kebersamaan, kesatuan di dalam hidup dan terus berusaha mengikuti apa yang menjadi bagian dari kebijakan pelayanan gereja di satu sisi dan juga berusahalah untuk menyelaraskan hal-hal yang juga menjadi bagian dari tanggung jawab kita bersama-sama dengan satuan ini sebagai satu jemaat kategorial,” pungkasnya.
Editor: Husen Toisuta
BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Discussion about this post