AMBONKITA.COM,- Lebih dari 50 kader posyandu dari Negeri Tulehu, Kabupaten Maluku Tengah, mengikuti kegiatan pelatihan pembuatan eco enzyme dalam rangka Climate Healthy Home Movement & Green Posyandu—sebuah gerakan inisiasi untuk menghadapi tantangan perubahan iklim dari tingkat rumah tangga.
Kegiatan yang digelarkan Senin (12/05/2025 ini diselenggarakan berkat dukungan Manaaki New Zealand Alumni Grant melalui Embassy of New Zealand, bekerja sama dengan Perkumpulan Promotor dan Pendidik Kesehatan Masyarakat Indonesia, Provinsi Maluku. Bertempat di Posyandu Mimosa Negeri Tulehu, kegiatan berlangsung penuh semangat dan antusiasme.
Kegiatan ini dibuka secara resmi oleh Raja Negeri Tulehu, Urian Ohorella, dan menghadirkan narasumber dari komunitas ilmiah muda Moluccas Youth Researcher Ragiel Faturahman dan Baqum S. Wakan.
Para peserta tidak hanya menerima materi tentang dampak perubahan iklim dan manfaat eco enzyme, tetapi juga langsung mempraktikkan cara pembuatannya dengan bahan-bahan rumah tangga yang mudah diakses.
“Saya baru tahu kalau limbah dapur bisa diubah jadi sesuatu yang bermanfaat untuk lingkungan. Pelatihan ini membuka mata saya, ternyata menjaga bumi bisa dimulai dari hal-hal kecil di rumah,” ujar Yeti Ombi, Kader Posyandu Flamboyan, salah satu peserta.
Menurut Kaharuddin Umarella, penanggung jawab kegiatan ini, eco enzyme merupakan cairan hasil fermentasi limbah organik seperti kulit buah dan sayur yang memiliki berbagai manfaat, mulai dari pembersih alami hingga pupuk cair.
Dengan pelatihan ini, lanjutnya, para kader diharapkan mampu meneruskan pengetahuan ini kepada masyarakat, sekaligus menginspirasi gaya hidup berkelanjutan di tingkat rumah tangga.
“Kami ingin membuktikan bahwa perubahan besar bisa dimulai dari dapur rumah kita. Melalui eco enzyme, sampah organik bisa diolah menjadi solusi ramah lingkungan,” ujar, Kaharuddin Umarella, yang merupakan penerima dana hibah alumni Manaaki New Zealand.
Mneurut dia, kegiatan ini menjadi bukti nyata bahwa penguatan kapasitas kader posyandu dapat menjadi ujung tombak dalam aksi lingkungan berbasis komunitas. (*)