AMBONKITA.COM,- Arsitektur venakular kembali ditemukan di tiga desa adat di Maluku. Arsitektur tradisi masyarakat adat yang ditemukan berasal dari Negeri Lorulun, Ohoi Wulurat, dan Negeri Huaulu. Kekayaan budaya Maluku ini telah didokumentasikan, dan diarsipkan oleh LUMA.
Hal ini terungkap saat dilakukan diskusi LUMA: Penemuan Kembali Arsitektur Tradisi Maluku. Diskusi yang dibuka Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XX, Dody Wiranto, ini dihelat di kawasan monumen gong perdamaian dunia, kota Ambon, 27 Mei 2025.
Diskusi dipimpin Wesly Johannes, sebagai moderator. Narasumber yang dihadirkan yaitu Arsitek dan peneliti Pierre Adelaar Ajawaila. Sebanyak 112 peserta hadir dari mahasiswa arsitektur dan pariwisata Institut Agama Kristen Negeri Ambon, mahasiswa arsitektur Universitas Kristen Maluku, praktisi dan profesional dalam bidang arsitektur, anggota Ikatan Arsitek Indonesia Maluku dan Himpunan Desainer Interior Maluku, serta pemangku kebijakan dari Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Maluku, serta Direktur Ambon Music Office.
Saat diskusi, dipaparkan hasil dokumentasi arsitektur tradisi Maluku dari tiga wilayah adat tersebut. Sekaligus mengupas peluang pengembangan arsitektur modern yang berakar pada nilai-nilai lokal.
Proyek LUMA sendiri adalah sebuah inisiatif yang bertujuan mendokumentasikan, mengarsipkan, dan mengedukasi masyarakat mengenai kekayaan arsitektur budaya Maluku.
Arsitektur vernakular yang ditemukan dari tiga lokasi penting, yaitu Rumah masyarakat adat Huaulu di Negeri Huaulu, Kabupaten Maluku Tengah: Dinding Batu Lutur di Ohoi Wulurat, Pulau Kei Besar, Kabupaten Maluku Tenggara: Rumah adat Lorulun di Kabupaten Kepulauan Tanimbar.
Tim peneliti telah melakukan dokumentasi, mengumpulkan data visual dan narasi dari komunitas adat, kemudian mengolahnya menjadi arsip digital. Data ini menjadi dasar pengembangan desain arsitektur modern yang mengintegrasikan unsur-unsur arsitektur tradisi dengan nilai-nilai lokal (local wisdom). Ini dilakukan agar tetap relevan dan dapat diterapkan dalam pembangunan masa kini.
Selain mendokumentasikan, proyek ini juga membuka ruang diskusi dan workshop untuk membahas bagaimana arsitektur tradisi dapat dimajukan dan dilestarikan secara berkelanjutan. LUMA menjadi jembatan antara pelestarian warisan budaya dan inovasi desain masa depan.
Selain diskusi, LUMA juga melakukan pameran setiap hari pukul 17.00–22.00 WIT di Monumen Gong Perdamaian Dunia pada 24 – 30 Mei 2025. Pameran menampilkan arsip digital, instalasi visual, dan hasil desain modern yang terinspirasi dari arsitektur tradisi Maluku. Pada Jumat, 30 Mei 2025, pukul 20.00 WIT, akan digelar pertunjukan musik sekaligus penutupan pameran sebagai puncak perayaan.
Editor: Husen Toisuta