AMBONKITA.COM,- Gubernur Maluku, Hendrik Lewerissa, dalam pidato perdana di DPRD Provinsi Maluku, mengaku negeri ini masih terus terjerat dalam kemiskinan, pengangguran yang tinggi dan berbagai persoalan pembangunan. Padahal, provinsi Maluku adalah tanah yang diberkati dengan kekayaan alam yang melimpah. Ini harus segera dicarikan solusinya.
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Maluku menggelar rapat paripurna penyampaian pidato politik gubernur dan wakil gubernur Maluku periode 2025-2030.
Kegiatan yang dipimpin Ketua DPRD Maluku, Benhur George Watubun, dan dihadiri seluruh anggota DPRD, serta Forkopimda ini dihelat di ruang rapat paripurna, kantor DPRD Maluku, Karang Panjang, Kota Ambon, Rabu (5/3/2025).
Benhur Watubun saat membuka paripurna mengatakan kegiatan ini dilaksanakan berdasarkan surat edaran Mendagri Nomor 100.2.4.3/4378/SJ.
“Sesuai ketentuan undang-undang nomor 10 tahun 2016 tentang perubahan kedua atas undang-undang nomor 1 tahun 2015 tentang penetapan peraturan pemerintah pengganti undang-undang nomor 1 Tahun 2014 tentang pemilihan gubernur, bupati, dan wali kota menjadi undang-undang, perlu penegasan dan penjelasan terkait pelaksanaan pilkada serentak tahun 2024 wajib menyampaikan pidato sambutan gubernur dan bupati/walikota pada sidang paripurna DPRD setelah pelantikan,” kata Watubun.
Sementara itu, gubernur Maluku, Hendrik Lewerissa, mengatakan, kehadirannya bersama Abdulah Vanath bukan hanya sebagai gubernur dan wakil gubernur Maluku, tetapi juga sebagai anak negeri yang lahir dan besar dalam kosmologi orang Maluku.
“Kami sadari sungguh dalam kontes Siwalima tidak lengkap juga Siwa tanpa Lima dan Lima tidak lengkap tanpa Siwa, dimana dalam konteks yang lebih luas, Salam tidak lengkap tanpa Sarane, tidak lengkap tanpa Hindu, Budha dan sebagainya, demikian juga tidak lengkap tanpa Seram, Buru, Ambon, Tanimbar, MBD (Maluku Barat Daya) dan seterusnya,” kata Lewerissa.
Lewerissa mengaku, dirinya Abdullah Vanath memiliki kesadaran jika ada anak negeri yang menderita dan tersakiti, maka mereka juga akan merasakan hal yang sama. Seperti ungkapan leluhur “potong di kuku rasa di daging, ale rasa beta rasa, sagu salempeng dibagi dua”.
Kesadaran tersebut, kata Lewerissa, yang kemudian menstimulasi dirinya bersama Abdullah Vanath berikhtiar maju sebagai gubernur dan wakil gubernur Maluku. Ini dilakukan untuk mengabdikan rasa cinta mereka untuk negeri ini.
Melalui pidato perdana di rapat paripurna istimewa ini, Lewerissa menyampaikan dirinya bersama Vanath sedikit merefleksi tentang perjalanan hidup sendiri sebagai seorang anak negeri dari Kepulauan Lease, Maluku Tengah. Di sana orang tua dan leluhur dilahirkan. Lewerissa sendiri lahir di Ambon, kemudian sekolah SD dan SMA di Saparua.
Lewerissa mengaku dibesarkan dalam lingkungan yang penuh dengan cinta, kehangatan, kebersamaan yang sarat dengan nilai-nilai kearifan lokal atau lokal sistem, serta kepercayaan yang sungguh bahwa pendidikan adalah jalan menuju masa depan yang lebih baik.
“Itulah sebabnya beta berjuang sekuat tenaga melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi pada fakultas hukum Universitas Pattimura di Ambon, kota yang menjadi pusat intelektual dan peradaban Maluku sebelum kemudian melangkah kaki ke ibukota negara, Jakarta dan terbang jauh hingga ke Amerika Serikat untuk memperdalam ilmu dan pengalaman,” ungkapnya.
Perjalanan panjang dan berliku, memberikan banyak pelajaran berharga tentang bagaimana Lewerissa memandang Maluku baik sebagai orang dalam atau insider maupun dari sisi sebagai orang luar Maluku atau outsider.
“Beta akhirnya sampai pada sebuah pertanyaan mendasar meskipun sederhana mengapa provinsi Maluku yang dicintai ini yang telah dianugerahi Tuhan dengan berbagai potensi sumber daya alam yang melimpah namun masih tertatih-tatih menjemput kemajuan dan kesejahteraannya,” sebutnya.
“Negeri yang kaya ini masih terus terjerat dalam kemiskinan, pengangguran yang tinggi dan berbagai persoalan pembangunan yang harus segera dicarikan solusinya, padahal provinsi Maluku adalah daerah yang diberkati dengan kekayaan alam yang melimpah,” ujarnya.
Kekayaan alam Maluku mulai dari hasil laut yang memberi kontribusi terbesar terhadap pendapatan ikan nasional, pariwisata bahari yang eksotis, hingga keberagaman budaya yang memukau. Bahkan realisme historis menunjukkan kekayaan Maluku yang luar biasa telah menempatkan Pulau Raja-raja ini menjadi sangat terkenal di dunia.
Maluku juga menjadi wilayah perjumpaan berbagai peradaban dunia sehingga menjadikan negeri ini sejak dulu sudah sangat multikultural dan begitu kaya. Hal inilah sehingga para sejarawan mengatakan imajinasi tentang lahirnya Indonesia tidak bisa dipisahkan dari posisi Maluku sebagai The Space Island atau Pulau Rempah-rempah.
Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki Maluku, khususnya cengkeh dan pala membuat daerah ini menjadi terkenal sejak dulu kala, dan menjadi incaran berbagai bangsa di dunia. Olehnya itu, Maluku disebut pula sebagai jalur-jalur rempah. Maka tak mengherankan, seorang tabib dari Portugis yang bernama Tome Pires melukiskan kekagumannya terhadap Maluku dalam buku berjudul “suma oriental”, menyebut Maluku sebagai rempah-rempah. “Sedangkan Belanda menyebutnya sebagai emas dari timur yaitu Ternate, Banda dan Ambon,” jelasnya.
Ia mengaku saat kampanye keliling Maluku, telah menyaksikan secara faktual kondisi provinsi Kepulauan. Berjumpa masyarakat dari semua kalangan, mendengar dengan penuh antusias semua keluhan dan harapan mereka. Ternyata, Raja juga memiliki pertanyaan yang sama mengapa Maluku dengan berbagai potensi sumber daya alam melimpah di laut, di darat, di atas permukaan bumi, maupun di dalam perut bumi, masih tertatih-tatih menjemput kemajuan dan kesejahteraan rakyatnya.
“Itulah mengapa sejak awal beta bersama wakil gubernur telah menyusun berbagai agenda perubahan yang kami sebut sebagai Sapta Cita Lawamena dalam memimpin Maluku ke depan,” jelasnya.
Sapta Cipta Lawamena adalah sebuah pilihan diksi yang menggambarkan spirit dan strategi pembangunan, menjadi landasan dalam mewujudkan Maluku yang maju, sejahtera dan berkeadilan.
Ketujuh pilihan strategis ini adalah meningkatkan tata kelola pemerintahan pembangunan dan pelayanan masyarakat. Kita harus memastikan aparatur sipil negara pemerintah provinsi Maluku harus menjadi ujung tombak bagi pelayanan masyarakat dan pembangunan. Karena itu, harus memiliki kemampuan karakter yang baik dan memiliki identifikasi yang tinggi untuk dikontribusikan secara produktif bagi kemajuan daerah Maluku.
Kedua, pengentasan kemiskinan dan pengurangan tingkat pengangguran, upaya yang dilakukan dengan membuka lapangan kerja baru, meningkatkan keterampilan tenaga kerja dan mendorong investasi yang berpihak pada kepentingan rakyat Maluku.
“Kita memang butuh investasi untuk membuka lapangan pekerjaan bagi banyak putra-putri kita yang mencari pekerjaan. Tetapi investasi yang kami butuhkan di Maluku adalah investasi yang taat aturan yang etis dan responsif,” katanya.
Investasi yang dibutuhkan tidak hanya bertujuan untuk mengeruk kekayaan dan sumber daya alam Maluku, kemudian meninggalkan remah-remahnya saja bagi makhluk hidup. Tapi investasi yang diharapkan memperdayakan baik rakyat maupun kemajuan daerah Maluku.
“Kita juga memperkuat pembangunan sumber daya manusia, kita harus meningkatkan kualitas pendidikan kesehatan dan prestasi olahraga sekaligus menjamin kesetaraan gender dan penguatan peran perempuan, pemuda serta penyandang disabilitas dalam pembangunan daerah,” sebutnya.
Masalah pendidikan yang dialami sampai saat ini, distribusi tenaga pengajar yang tidak merata di Pulau-pulau harus dapat diselesaikan. Demikian juga dengan kondisi infrastruktur pendidikan yang harus mendapat perhatian utama dari pemerintah provinsi dan juga pemerintah kabupaten dan kota.
“Kita juga akan meningkatkan kualitas infrastruktur, kita sadar betul bahwa daerah kita adalah daerah kepulauan oleh karena itu kita harus merawat ekosistem untuk kita wariskan kepada generasi Maluku di masa mendatang, pemerataan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan, kita akan memperkuat sektor UMKM, membuka aksesibilitas pasar serta mengurangi disparitas pembangunan antar wilayah agar pertumbuhan ekonomi dirasakan oleh seluruh masyarakat di Maluku baik yang tinggal di kota-kota hingga mereka berada di pelosok-pelosok desa, pemerataan dan kapitalisasi lembaga sosial kemasyarakatan juga menjadi pusat pada fokus perhatian kami dalam semangat hidup orang basudara kita harus memperkuat peran adat dan kearifan lokal dalam menjaga harmoni sosial serta kepatuhan terhadap hukum yang berlaku,” jelasnya.
Lewerissa berharap Sapta Cita Lawamena dapat dijalankan secara bersama-sama untuk menjawab pertanyaan kita semua tentang mengapa provinsi Maluku yang kita cintai ini masih tertatih-tatih menjemput kemajuan dan kesejahteraan rakyatnya.
“Beta percaya bahwa dengan semangat kebersamaan kerja keras dan komitmen yang kuat dari kita semua kita dapat membawa Maluku keluar dari kemiskinan dan menuju masa depan yang lebih sejahtera,” pungkasnya.
Editor: Husen Toisuta
BACA BERITA TERKINI AMBONKITA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS